Ozone - Latar Belakang

Ketika Arifin C. Noer menulis Ozone pada tahun 1989, yang merupakan bagian dari Orkes Madun (dua naskah yang lain adalah Madekur & Tarkeni, dan SANDEK Pemuda Pekerja), kekuasaan orde baru telah mencapai puncak era pembangunan yang dikedepankannya. Gedung-gedung pencakar langit berdiri, industri dalam skala massif menyerap tenaga kerja dari pedesaan.

Arifin C. Noer mengkritik kekuasaan tersebut, paling tidak kami mengambil sikap itu pada naskah Ozone. Namun di sisi lain, kami sekarang berada di era yang jauh berbeda dengan masa dimana naskah ini dibuat. Kami tumbuh di dalam era keterbukaan informasi, untuk mengkritik kekuasaan kami merasa bukan menjadi porsi kami yang penuh keterbatasan.

Namun, kami membaca Ozone lagi dan menemukan bukan hanya kekuasaan yang menjadi perhatian Arifin C. Noer. Ada keserakahan manusia pada alam, kesombongan manusia pada lingkungannya, yang menjadikan manusia tidak lagi menghargai bumi. Lingkungan tempat naskah ini ditulis, dan sekarang ketika karya ini dalam proses menuju bentuknya nanti, menumbuhkan kesadaran lain bagi kami; hubungan manusia dengan alam membawa nilai-nilai dan kehidupan yang lebih berarti.

Hal ini yang ingin kami pelajari lebih banyak lagi, sesuatu yang menurut kami penting dalam kehidupan saat ini, dimana perkembangan ekonomi menuntut pemanfaatan sumber daya ekonomi semaksimal mungkin, sementara kita sendiri lupa menghitung bahwa banyaknya tenaga listrik yang kita gunakan dalam sehari saja mungkin senilai dengan 15 batang pohon yang telah ditebang. Mungkin ini saatnya memikirkan untuk mengembalikan sesuatu pada alam, kami ingin mengajaknya melalui pertunjukan teater yang menggunakan barang-barang daur ulang dan yang bisa didaur ulang.